Wednesday, January 30, 2013

Nasionalisme Lewat Makanan Non Beras | Bunda Heri

Nasionalisme Lewat Makanan Non Beras | Bunda Heri

Semakin bertambahnya jumlah penduduk semakin sempit pula lahan pertanian, terutama lahan sawah untuk menanam padi. Sehingga pasokan beras untuk masyarakat juga berkurang.Itulah salah satu sebab, melalui Ketua Tim Penggerak PKK Kota Malang, Bunda Heri Pudji Utami mencanangkan gerakan nasionalisme untuk memasyarakatkan penggunakan makanan yang berasal dari makanan non beras.Jenis makanan yang berasal selain dari beras di Indonesia, khususnya di Kota Malang cukup banyak sekali. Seperti ketala, umbi-umbian yang cukup tersedia di pasar. Sehingga tidak sulit mendapatkan makanan non beras.
Selain mudah didapatkan dengan harga relatif lebih murah dibandingkan dengan beras, manfaat bagi kesehatan tubuh, makanan non beras lebih tinggi. Dengan membiasakan diri mengkonsumsi makanan non beras beberapa penyakit bisa diatasi, seperti diabetes.
Memang, untuk merubah pola makanan dari beras yang sudah lama di konsumsi ini sulit dan berat. Gerakan nasionalisme lewat makanan non beras yang digagas Bunda Heri ini mencoba merubah pola yang setiap hari makan nasi perlahan diganti dengan non beras. Minimal mengurangi konsumsi nasi.
Menurut Bunda Heri yang juga merupakan dosen di IKIP Budi Utomo Malang ini, caranya dengan mencoba melatih dirinya sendiri dan keluarga. Di hari-hari tertentu, dikeluarga Bunda Heri tidak memasak nasi, namun, umbi-umbian atau makanan yang terbuat selain dari beras.
‘’Untuk merubah pola makanan dari nasi ke non nasi dibutuhkan sebuah kebiasaan. Apabila sudah terbiasa maka akan mudah dan tidak masalah apa-apa,’’ tutur Bunda Heri.
Lanjutnya, dengan membiasakan diri makanan non beras, maka juga turut menjaga ketahanan pangan secara nasional. Karena penggunaan beras menurut Persatuan Bangsa Bangsa (PBB), , penggunaan beras di Indonesia adalah yang tertinggi. Per tahunnya satu penduduk Indonesia mengkonsumsi beras sekitar 140 kg. Sedangkan anjuran sendiri adalah 70 kg per tahunnya untuk satu orang.

No comments:

Post a Comment